GaptekNews – Indonesia mempunyai sebuah cerita
tragis lagi tentang kebangkrutan produsen tempe/tahu akibat kenaikan harga
kedelai bukanlah isapan jempol. Hal ini pun terjadi pada beberapa pengusaha
industri tahu tempe, bangkrut dan kini bertahan hidup dengan menjadi seorang
buruh untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Tahu tempe memang merupakan makanan favorit dan
menjadi panganan khas warga Indonesia. Namun, banyak pelaku industri tahu tempe
ini tumbang sehingga membutuhkan penanganan serius dari pemerintah. Pelaku
industri tahu tempe hanya menggantungkan harapan pada pemerintah untuk menangani
lonjakan harga kedelai.
Pemerintah melakukan pembebasan bea impor
kedelai sampai akhir tahun, hal ini dinilai bukan lah suatu solusi untuk krisis
harga kedelai. Sebab, hal tersebut terus membikin pengusaha dan masyarakat
terbebani dan tergantung terhadap impor kedelai itu sendiri.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo pun mengaku
pencabutan bea masuk hanya lah bersifat sementara saja. Pemerintah sendiri tidak
bisa berbuat banyak karena Amerika Serikat sebagai penghasil kedelai sedang
mengalami gangguan.
Sebaliknya, Sekretaris Dewan Ekonomi Nasional
Aviliani menilai, pencabutan bea masuk kedelai tidak akan menyelesaikan
masalah. Ia menilai, justru ada faktor institusi yang menyebabkan harga kedelai
melambung tinggi. Karena itu, ia menyebut Bulog sebagai institusi yang dapat
menstabilkan komoditas, seharusnya bisa berperan menjaga ketersediaan kedelai
tersebut sehingga tidak menimbulkan dampak seperti ini.
Akibat harga kedelai yang melambung tinggi ini,
produsen kedelai olahan seperti tahu dan tempe pun terpaksa harus menghentikan
produksi. Mereka masih menunggu langkah –langkah pasti pemerintah selanjutnya untuk
menstabilkan harga kedelai.
.jpg)
Posting Komentar